instagram twitter facebook google+ tumblr

Aulia's Story

  • Home
  • About
  • Sitemap
  • Blog
    • Jajan
    • Jalan-Jalan
    • Story
  • Beauty
  • K-Things
  • Review
  • Tutorial
Kepada Kamu, yang Tak Akan Pernah Tahu

Hai, akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu. Dengan semua angan yang selalu kuciptakan, dengan semua khayalan yang kuperbuat. Kuhancurkan sendiri karena kebodohanku. Aku memang bodoh. Dengan begitu mudahnya aku langsung ikut terjatuh hanya karena perlakuanmu dulu. Hanya karena pertemuan kita yang singkat.

Sungguh bodoh hanya karena seutas senyum yang bukan diberikan hanya untukku, rasanya aku sulit untuk kembali tersenyum dengan rasa yang sama.

Aku tahu kamu tak tahu perasaanku. Yang selalu membuatku bimbang apakah arti dari debaran yang ada di dada ini. Yang selalu membuatku bingung apakah arti kesakitan saat melihat matamu menatap seperti penuh arti kepadanya.

Aku juga tak tahu perasaanmu. Yang selalu membuatku berharap bahwa statusmu di malam itu memang untukku. Malam dimana pertama kali kugenggam erat jaketmu karena hujan yang deras. Dan hujan di malam terakhir saat kamu membuatku berdebar untuk pertama kalinya.

Pertemuan singkat itu selalu membuatku penasaran. Mengapa hatiku berdebar kembali saat melihatmu lagi. Dan mengapa hatiku juga merasakan sakit di waktu yang sama.

Padahal, sehari setelah perpisahan denganmu, kamu selalu mengatakan merindukanku. Dan aku selalu merindukanmu saat hujan. Tak pernahkah kau memikirkan hal yang sama? Ah, rasanya tak mungkin.

Aku tahu kamu sudah memiliki seseorang yang membuatmu berusaha untuk membahagiakannya. Tapi, saat aku melihat matamu menatap mata lain, apa tak begitu cepat untukmu? Dan karena kelakuanmu, seseorang yang lain juga menaruh harap padamu. Ini sangat tak adil. Bahkan, kamu tak pernah memberiku kesempatan hanya untuk berbicara banyak hal denganmu.

Pertemuan denganmu lagi sangat menyakitkan. Aku tahu betul kata pertama yang kamu keluarkan saat melihatku. "I Miss You" itu yang kamu katakan. Kamu tahu? Aku sangat senang. Aku sangat senang bisa melihatmu lagi dan juga kamu mengucapkan kata itu di pertemuan pertama kita yang kesekian. Aku hanya bisa membalas "I Miss You Too" tanpa berani untuk melihat matamu atau bahkan bersorak dalam hati karena begitu senangnya. Aku sangat gugup.

Tapi, sekali lagi aku bodoh. Kenapa aku tak mengajakmu bicara walau hanya sebentar? Kenapa kita tak membicarakan hal yang sama-sama kita favoritkan? Kenapa aku hanya bisa diam melihatmu dari jauh walau ruang itu memang kecil. Seperti ada batas, batas yang kutahu takkan bisa kugapai.

Saat kamu ada disampingku, aku benar-benar ingin menatap keatas, menatap kamu yang bertubuh tinggi. Tapi, apa yang bisa kulakukan? Aku hanya menunduk. Kamu tahu? Aku terlalu membawa perasaanku dengan dalam. Bahkan, aku ingin menangis saat aku tak bisa mengatakan "Bye. Good night" di pertemuan terakhir kita. Tapi, kamu pun tak sedikit menolehkan matamu kepadaku. Kamu hanya terus menatap lurus. Tanpa tahu mataku mengikuti perjalananmu.

Aku tak tahu harus seperti apa. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan saat bertemu lagi denganmu.
Kalau suatu saat kamu membaca ini, pahamilah. Aku memang masih labil karena masih memikirkanmu saat dalam perjalanan pulang ataupun saat sudah sampai.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Melalui uap air yang kulihat dalam botol air mineral itu, tiba-tiba aku teringat hujan. Hujan yang selalu datang tanpa menyapa. Hujan yang selalu senang menyentuh tanah, aspal, kayu, bahkan menyentuhku tanpa permisi. Hujan malam yang saat itu datang dengan tergesa-gesa. Membuat semua manusia bersembunyi mencari tempat yang tak bisa dijangkaunya. Begitu pula dengan makhluk kecil yang ikut bersembunyi karena takut terbawa arus. Payung kecil yang dengan begitu heroiknya mencoba untuk melindungiku tak begitu suka dengan hujan malam yang selalu datang saat itu. Hujan yang datang dengan keras. Seolah mencoba mengajak bertengkar.

Ada 1 payung yang berjalan di depan payungku. Payung yang lebih besar. Yang sebenarnya ingin aku gunakan tapi aku tak ingin juga membawanya. Ada sesuatu berwarna hitam yang digendongnya. Ada juga sesuatu berwarna coklat yang digunakannya. Aku memegang sesuatu yang berwarna coklat itu. Tanpa ada maksud. Tanpa ada apa-apa. Hanya saja merasa dingin, Dan benda coklat itu memang benar-benar hangat. Bersebelahan. Tanpa ada rasa bersalah. Senyum yang mengembang, tawa yang tulus.

Banyak hal yang melihat payung besar dan payung kecil ini merasa senang. Karena berjauhan. Karena kerinduan. Karena hujan. Hujan besar yang tak pernah meminta maaf karena membuatku selalu basah kuyup tak pernah meminta maaf. Tapi, payung kecil yang menahan beratnya hujan selalu berterima kasih karena telah digunakan.

Sungguh. Aku tak pernah berharap bisa merasa berdebar lagi. Tak pernah. Hanya saja, di persimpangan di balik benda coklat itu kembali tersenyum setelah banyak menunjukkan sisi pribadinya. Di balik benda coklat itu, sebuah kehangatan di bawah payung kecilku membuatku sedikit terpaku. Merasa menjadi patung walaupun hanya 3 detik.

Dan di balik benda coklat itu akhirnya menjauh, Tanpa pernah tahu jika itu adalah pertemuan terakhirnya. Pertemuan terakhirnya bersama payung kecil, hujan dan hembusan angin malam. Tanpa pernah tahu payung kecil sedikit berkarat melihatnya bertemu dengan payung lainnya.

Tak pernah ada yang tahu itu. Saat kuucap rindu. Itu rindu yang sebenarnya. Tak ada maksud untuk membuat tersenyum. Hanya ingin menyampaikan apa yang sudah terasa sedikit sesak di dada. Sekarang payung kecil sudah tak pernah digunakan lagi. Bukan salahku. Salahkan hujan yang tidak datang di waktu yang tepat.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

CARI

Sponsor

About me

About Me

This is a half of my world. I love writing very much. Writing is my passion, my hobby and a half of my world ♥

Follow Me

  • instagram
  • twitter
  • facebook
  • linkedin
  • google+
  • tumblr

Followers

Total Pageviews

Popular Posts

  • Review Novel Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 dan Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
    Yap, kemaren malem jam 10:44 aku baru aja selesai baca novel Dilan yang kedua. Novel karya Pidi Baiq ini emang udah aku tunggu lamaaa ba...
  • Review Novel Milea Suara dari Dilan
    Halo semua, hari ini aku mau review novel lagi. Mungkin dari kalian ada yang udah baca novel Dilan atau judul lengkapnya " Dilan, Di...
  • Tali, Pisau, Ruangan dan Senyuman
    "Bawakan aku tali yang panjang itu!" Rasanya, aku sering mendengar kalimat itu. Alih-alih untuk menggantungkan diriku di atas...

Labels

blog dilan liburan novel pidi-baiq real-story rekomendasi renungan review sharing story tips-trik travel wisata

Blog Archive

  • ►  2022 (31)
    • ►  June (1)
    • ►  April (30)
  • ►  2021 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2020 (6)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2019 (5)
    • ►  December (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (17)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (3)
    • ►  September (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2015 (17)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  July (1)
    • ▼  June (2)
      • Kepada Kamu, yang Tak Akan Pernah Tahu
      • Benda Coklat dan Payung Kecil yang Pernah Bertemu
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (4)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  October (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (5)
  • ►  2013 (2)
    • ►  March (2)
  • ►  2012 (4)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)

Member of

Instagram Twitter Facebook Google+ Tumblr

Created with by BeautyTemplates