instagram twitter facebook google+ tumblr

Aulia's Story

  • Home
  • About
  • Sitemap
  • Blog
    • Jajan
    • Jalan-Jalan
    • Story
  • Beauty
  • K-Things
  • Review
  • Tutorial
Boncengan sama si Ganteng

Cuaca di kosan masih murung. Ya, 3S (Sunyi Sepi Senyap). Mata aku masih merem pas denger ketukkan di pintu kosan. Mata aku melek dikit, biasanya Pipit udah bangun tapi kok kayaknya sepi. Yaudah aku nengok-nengok dan bener! Pipit gaada di kosan. Kemana ya dia? Tok.. tok.. tok..pintu kosan masih bunyi. Aku masih setengah sadar dan klek pintu kebuka. Aku setengah merem, ada 2 cowok ke kosan pagi-pagi GOD! Ngapain coba!

"Hey bangun udah pagi." ucap salah seorang. Ku coba buka mata dan aku tersentak. Gila men, senyumnya beuh. Aku langsung meleleh. Pipi aku merah yaampun. Mereka ngedeketin aku terus duduk di kasur sebelah aku yang masih tiduran. Mereka mainin rambut aku. "Bangun ih cewek juga ya!". Aku pun langsung terbangun dan duduk. Mereka berdua menatapku. Malu banget rasanya. Kalian tau siapa mereka? 2 manusia tampan nan berani ada di kosan aku God!

Jangan kaget ya. Percaya sama aku. Ini beneran terjadi. Taraaaa .....
Aliando Guys! Makhluk kece ini ke kosan loh....
Ini yang satu lagi.

Si tampan Kevin Julio omaigat!

Gatau mereka mau ngapain ke kosan. Sepre kasur aku berantakan, yaudah aku suruh mereka berdua rapihin. "Um, aku mau mandi, rapihin kasur ya!" ucapku sambil jembel pipinya Kevin. Kevin anggukin kepala sambil pegang tanganku. Sweet begete maaan. "Nurut aja ni orang" ucapku dalam hati. Aku beranjak dari kasur ke pintu mau ngambil handuk yang biasa digantung. Sorry, Aulia mah mending ngegantung handuk sih daripada ngengantungin orang. Camkan itu!

Aliando bandel. Dia malah mainin japen. Eh ok, jarum pentul maksudnya. Aku jadi balik lagi deh. "Jangan mainin itu ntar ilang. Susah lagi nyarinya!". Dia langsung naro japennya terus senyum. Setdah gileee, kece parah! Aku langsung masuk kamar mandi. Ya, mandi pastinya.

Udah mandi aku masuk kamar kosan lagi. Sekarang Pipit udah di kosan lagi ngobrol sama Aliando. Kevin nengok ngeliat ke arahku. "Um, jalan yuk!" Ajak dia. Karena aku lagi ngga kerja yaudah aku iyain. Aku dandan yang cantik biar Kevin seneng.

Kita berempat pun keluar kosan. "Naik motor aja ya." ucap Kevin yang ternyata bawa motor. "Yaudah". Sip. Aku duduk di belakang Kevin dengan begitu indahnya. Kevin senyum-senyum ganteng. Bukan Ganteng Ganteng Senyum ya! Oh iya, Pipit boncengan sama Aliando. Jangan jeles ya. Aliandonya yang ngajak loh bukan Pipit yang minta.

Pas boncengan sama Kevin orang-orang pada ngeliatin. Yang cewek cewek pada teriak. Iyalah boncengan sama Kevin gitu loh. Pipit sama Aliando terlalu semangat sampe bawa motor ngebut-ngebutan. Pipit ketawa-ketawa sama Aliando. Ih indah banget liatnya. Kevin bawanya nyelow, tapi ngga lambat ngga cepet juga. Enjoy banget deh pokoknya. Dia ajak aku ngobrol banyak.

Di deket perempatan aku liat Pipit lagi jalan. Sendiri. Kevin berhentiin motornya. "Pit, kemana Ali? Kok sendiri?" Tanya aku ke Pipit. "Tau tuh! Pipit diturunin terus dia pergi!" Muka Pipit keliatan banget betenya. "Oh, yaudah kamu mau kemana? Hati-hati ya jalannya. Kita berdua mau jalan lagi." Ucapku ke Pipit :D jahat banget sumpah. "Bye!" Kevin dadahin Pipit. Kasian Pipit :(

Motor Kevin berhenti di tepi pantai. Aku turun. Dia tau kalo aku belum pernah ke pantai. Aku seneng banget! Aku duduk mandangin sunset yang keren banget. Loh tadi kan masih pagi? Yaudah deh biarin aja, aku pengennya gitu iya? Iyahin aja ya :)

Momennya pas banget. Ada yang fotoin aku sama Kevin dari belakang. Ini hasilnya *ceritanya*
Hari itupun berlalu. Aku bisa senyum lagi. Update status di BBM dulu ah "TFT Kevin buat hari ini. Aku seneng jalan sama kamu :)"

Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Takkan Lagi

Pacarku sangat baik hati, aku sangat senang bisa memilikinya. Walau umur kami terpampang jauh, itu tak menjadi kendala. Dia teman sekelasku di kelas 9 ini. Mungkin kalian mempertanyakan umur yang tadi kubilang terpampang jauh. Ya, dulu saat SD dia sempat berhenti sekolah, karena sakit katanya. Aku tak peduli, yang terpenting, dia selalu ada di sampingku sekarang.

Aku ingat betul. Saat itu hari sumpah pemuda, sekolahku tidak libur. Alhasil, kami semua  harus ikut melaksanakan upacara. Dia berkata “nanti kalo udah jam 8 liat aku ya! Kamu liat ke belakang!” entah apa maksud dia berkata seperti itu. Aku hanya menganggukkan kepala dan tersenyum. Ku alihkan pandanganku ke depan lapangan. Barisan belum rapi, anak-anak masih ada yang berlarian untuk masuk lapangan, ada yang membetulkan dasi yang tidak rapi, ada yang mengobrol, yah aku sudah sering melihat pemandangan seperti ini di sekolah.

Upacara telah dimulai, kulihat jam sekolah yang tertera di atas dinding sekolah. Jam yang lumayan besar, jadi setiap orang yang melewati sekolah dapat melihat jam itu. Masih jam 07.15. Aku penasaran, aku ingin cepat jam 08.00. Aku tidak fokus selama upacara, rasanya gatal sekali ingin melihat ke belakang. Melihat dia yang bertubuh tinggi. Ku lihat bendera sudah dikibarkan. Akupun hormat. Namun, sepertinya aku belum memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Aku merasa ngantuk dan malas mengikuti upacara hari ini.

“Upacara telah selesai….” ucap protokol upacara. Yes akhirnya! Ku lihat jam di dinding sekolah. Ternyata masih jam 07.59. Yap 1 menit lagi. Aku tunggu dan teng! Jam 08.00, ku alihkan pandanganku dari jam dinding itu dan mulai melihat ke belakang. Apa yang sebenarnya akan dia lakukan. Ku lihat dia berdiri tegak di belakang sana dan dia mulai memainkan tangannya. Pertama dia mengacungkan jari telunjuknya dan mengarahkannya ke dada dia. Aku bingung. Kedua dia membentuk kedua tangannya menjadi bentuk hati. Aku tersenyum. Ketiga dia menunjuk ke arahku. Apa itu artinya “I Love You”? Pikirku dalam hati. Lalu dia melanjutkannya dengan menunjuk aku, lalu menunjuk dia sendiri, dan akhirnya jari telunjuk kanan dan jari telunjuk kiri dia bersatu. Apa itu artinya “Aku kamu jadian”?

Aku masih belum mengerti. Lalu anak-anak berhamburan ada yang langsung pulang ada juga yang masuk ke dalam kelas untuk mengobrol dengan teman-temannya. Sementara aku kembali ke dalam kelas untuk mengambil tasku. Dia pun begitu. Saat aku akan mengambil tasku di atas bangku yang ada di atas meja, dia menggenggam tanganku. Aku kaget. Dia berkata “Kita jadian”. Aku belum bilang iya. Tapi, tanpa jawaban sepertinya dia sudah tau. Sebelum hari itu dia sempat sms : “aku pengen tau perasaan kamu ke aku gimana, biar hubungan kita jelas”. Bahkan dia sempat mencium punggung tanganku di depan anak-anak kelas dan mereka berkata “cieee”.

Sekarang, dia sudah menjadi pacarku. Aku senang. Setiap hari di kelas aku selalu duduk berdua dengannya. Bercanda dengannya. Tapi, kulihat ekspresi temanku yang duduk di depan bangku paling pojok kelas. Apa dia membenciku? Setelah kutolak dia. Aku pun masih ingat. Saat aku bermain dengan pacarku (sebelum kami jadian). Pacarku (sebelum jadian) mengajakku bertemu, dan kami bertemu di perumahan yang berada di daerah belakang rumahku, tapi tidak terlalu belakang rumahku. Aku naik motor di belakang dia. Dia membawa motornya dan mengajakku mengobrol di suatu tempat.

Saat itu aku mengutak-ngatik hpku. Dan dia berkata “ngapain sih?” | “ada sms” | “dari siapa?| “dari … (kusebut nama temanku yang duduk di depan bangku paling pojok kelas). Dia membaca smsnya yang berisi “kamu udah punya pacar?” dan dibalas oleh dia “aku udah punya orang yg ada di hati”. Dia mengembalikan hpku. “Kok gitu?” ucapku karena dia sudah seenaknya membalas sms. “Udah gapapa” lalu dia memegang tanganku. “De, kalo pacaran jangan disini!” ucap seorang satpam yang sedang bertugas. Aku kaget, dia juga. Akhirnya kami pulang karena merasa tidak enak.

Kembali lagi ke kelas.

Aku selalu bersama dengan 4 orang teman cewek dan 1 orang teman cowok. Mungkin bisa disebut genk.   Tapi aku tidak merasa itu genk. Karena tidak baik memiliki genk-genk, terlihat seperti membeda-bedakan teman. Aku hanya merasa pertemanan kami itu spesial, dimana salah satunya saling memanggil kaka dan ade. Oh iya, 1 orang cowok itu adalah cowok yang duduk di depan bangku paling pojok kelas.

Entah kenapa, aku dan dia menjadi dekat sejak aku memiliki pacar. Padahal dia sempat kutolak, ternyata dia tidak marah. Aku senang. Aku senang berada di samping mereka. Setiap pelajaran seni budaya, aku, 4 orang teman cewek dan dia selalu duduk sejajar dan bersampingan. Aku selalu ada di samping dia. Padahal pacarku melihatnya. Tapi, aku yakin dia tidak akan marah karena kita hanya bersahabat.

Waktu terus berjalan, aku merasa sangaaaaat dekat dengan dia dibanding dengan pacarku. Sampai suatu hari. Bel pulang sudah berbunyi dan pacarku pulang lebih dulu dari pada aku. Di dalam kelas masih ada teman-temanku yang lainnya. Dan masih ada dia. Ya kalian tau, aku pasti akan menceritakan sosok itu lagi. Hujan turun, sekolah sudah sepi. Dan hanya ada aku, teman cewekku sebut saja Juju, dia dan teman-teman dia di kantin.

Dia berkata padaku. “De, pinjem spidol coba bentar.” | “Buat apa ka?” | “Buru ih bentar”. Dia pun mengambil spidol yang ada di dalam tasku. Dan maju ke depan tempat anak-anak biasa membeli cireng isi. Disana tertera namaku dan nama pacarku. Dia membuka tutup spidol dan mulai mencoretnya. “Jangan ka” | “Udah ih biarin aja!” namaku dan nama pacarku tercoret dengan tanda silang buatan dia. Aku mengambil spidolku dari tangan dia. Tapi dia malah memegang tanganku. Deg! Jantungku berdetak sangat kencang. Perasaan yang tak pernah ku alami dengan pacarku. Dia terus memegang tanganku. Lalu aku coba lepaskan dan mulai memanggap ini permainan. “Kaka ih!” Dia malah tertawa aku ikut tertawa. Dan setelah hujan reda, aku pulang bersama dia. Tidak. Kami tidak berdua. Aku bersama Juju dan teman-teman dia.

Dia sering sms “kaka sayang kamu” entah kenapa pipi ini selalu mengembang setiap kali membaca sms dari dia. Sampai akhirnya, setelah lama dekat dengan dia, aku membalas sms yang sering dia kirimkan “ade juga sayang kaka” tidak lebih dari semenit dia langsung membalas “hah? Seriusan?”. Entah apa yang kubalas lagi setelah itu. Entah apa hubungan kami saat itu. Aku punya pacar dan perasaanku sepertinya beralih pada dia. Setiap pertemuan kami di sekolah, dia selalu menyentuh tanganku. Dan kubalas dengan senyuman. Ini tidak terjadi sekali. Tapi sering terjadi. Aku tak tahu apakah ada yang menyadari itu.

Saat itu, ada tes psikotes di sekolahku. Aku sudah menyediakan bangku untuk dia. Aku ingin duduk dengan dia. Tapi, pacarku sudah lebih dulu menghampiriku. Dia tersenyum dan duduk di sampingku. Aku melihat ke belakang. Dia memalingkan wajahnya dan tidak melihatku lagi. Aku tulis kata I love you di tangan kiriku, lalu pacarku bertanya, “nulis apa?” | “engga” | “coba liat”. Akhirnya kuperlihatkan hasil tulisan di tangan kiriku. “Love you too” ucapnya. Aku hanya tersenyum dan berharap tes psikotes ini cepat selesai. Sepulang sekolah, seperti biasa pacarku sudah pulang terlebih dahulu. Aku bertemu dengan dia di depan pintu kelas. Aku melihatkan hasil tulisanku tadi kepada dia yang sebenarnya untuk dia bukan untuk pacarku. “Ka lihat ini!” Sungguh aku berani sekali saat itu. Mungkin kalau ada yang tahu mereka pasti akan berkata “dasar ganjen”. Dia tersenyum sangat manis dan mengusap kepalaku. Dia melakukan kesalahan lagi. Dia membuat jantungku berdetak dengan cepat lagi.

Pacarku tidak pernah tahu tentang aku dan dia. Aku tak berani membayangkan apa yang akan terjadi jika dia tahu. Dia pasti takkan pernah memaafkanku. Di hari lain, pacarku mengajak pulang bersamanya. “Tumben” pikirku. Tapi aku menolak. “Duluan aja” | “Gapapa?” | “Iya gapapa kok” | “Yaudah nanti hati-hati ya” | “Iya”. Pacarku pun pulang, dan sebenarnya aku menunggu kaka. Aku menyebutnya begitu. Dia akan latihan menari di rumah Juju, teman sekelas yang rumahnya dekat denganku. Akhirnya aku pulang bersama dengan dia dan teman-teman sekelompoknya. Karena angkot selalu penuh, akhirnya kami berpencar. Saat ada angkot yang penuh, mungkin sekitar 2 orang yang bisa masuk, mereka masuk satu per satu sampai akhirnya hanya tinggal aku dan dia. “Tasnya berat ngga de? | “Engga kok” | “Huh bohong, keliatan tau! Nih tukeran sama  kaka, hampang kok”. Kami pun bertukar tas. Ada angkot yang lewat di depanku. Di dalamnya ada pacarku dan tersenyum. “Sini masuk kamu” | “Engga, nanti dulu” | “Yaudah”. Deg! Aku takut.

Akupun naik angkot dengan dia setelah ada yang kosong. Aku  takut. Takut berpapasan dengan pacarku. Akhirnya pacarku melihat aku dengan dia. “Ka, ini ongkos aku. Sebentar lagi nyampe.” | “Gausah, ini sama kaka aja”. Aku terdiam. Setelah sampai di depan gang aku dan dia pun turun. Anak-anak sudah menunggu kami. Kami pun berjalan. Di turunan sebelah masjid depan, dia memegang tanganku. Aku dan dia pun berjalan dengan bergandengan tangan. Anak-anak melihatku dan dia dengan senyuman aneh. Ya, aku tahu mereka pasti berpikiran yang aneh. Aku melepaskan genggaman tangannya. Aku sudah berada di depan rumah. “Aku pulang dulu ya, nanti aku kesana” | “Iya”.

Sesampainya di rumah aku mandi dan mengenakan pakaian kuning yang merupakan tokoh kartun kesukaanku. Aku pun berjalan menuju rumah temanku. Aku duduk di bangku luar rumah temanku. Dan aku sms dia. “Aku udah di rumah Juju”. Dia pun datang menghampiriku. Dan duduk di sebelahku dan meletakkan kepalanya di atas kepalaku. “Kaka masuk ih nanti pada marah hayoh” | “Engga, lagi istirahat dulu kok!” | “Oh, yaudah”. Dia memainkan rambutku dan memanjakanku. Aku terus bersamanya sampai akhirnya latihan menari kelompoknya selesai.

Keesokan harinya, akhir bulan November di sekolah, seperti biasa aku selalu duduk dengan pacarku di kelas. Walaupun ada guru di dalamnya. Dia masih mencandaiku, lalu dia bertanya “kemaren kemana?” aku langsung melihat matanya. Dia bertanya dengan serius. “ke rumah Juju” | “ngapain” | “main aja” | “jangan bohong!” dia mulai membentakku. Dan mengeluarkan banyak pertanyaan yang membuatku hampir menangis. Bel istirahat berbunyi. Dia langsung bangkit dari tempat duduk dan mulai menarik beberapa lelaki dan mengajukan pertanyaan. Sampai pertanyaan terakhir kepada Didi. Aku tidak tahu apa yang ditanyakannya. Dia menghampiriku dan mulai banyak bertanya lagi. Aku menangis dan pergi keluar kelas. Aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam kelas.

Namun yang ku tahu seisi kelas ramai. Dan akhirnya aku tahu, pacarku menonjok kaka. Tapi kaka hanya terdiam. Aku semakin terisak dan memeluk teman yang ada disampingku. Kemudian pacarku menghampiriku. Dia berkata dengan kencang “ANGGEP AJA KITA NGGA PERNAH JADIAN! KITA PUTUS!” lalu dia pergi meninggalkan kelas. Aku terdiam. Semua isi kelas ikut diam. Aku mundur dan duduk di koridor depan kelas, terdiam lalu aku menangis. Hatiku rasanya berkecamuk, hatiku sakit diperlakukan seperti itu. Aku malu, sangat malu. Tapi aku juga tahu diri, ini semua memang salahku. Aku tidak berani untuk masuk ke dalam kelas. Semua anak menatapku. Dan yang perempuan mulai menghampiriku. “Sabar ya” kata itu yang semua teman-teman keluarkan. Sungguh, aku ingin segera pulang. Aku tidak mau ada di sekolah. Tapi, bel masuk sudah berbunyi. Aku mulai masuk ke dalam kelas. Semua anak memperhatikanku, aku hanya menunduk. Aku tidak mau melihat seisi kelas. Terutama kaka.

Tak lama kemudian setelah aku duduk. Mantanku itu datang, seisi kelas melihat aku dan dia secara bergantian. Aku sangat lemas. Dia duduk di belakang bangkuku. Ya, memang itu tempat dia. Aku terus saja diam. Lama menunggu guru tapi tak datang juga. Itu pertanda pelajaran kosong. Deg! Aku tidak mau, aku merasa lebih baik ada guru daripada merasa canggung seperti ini. Mantanku mulai maju ke depan kelas. Seisi kelas melihatnya. “Mau apa dia?” pikirku dalam hati. Dia mulai menunjukkan tangannya kepadaku percis seperti yang pernah dia lakukan saat menembakku. Tapi arti tunjukkan itu berbeda sekarang. Hatiku seperti diseret oleh truk besar yang biasa lewat di depan gang sekolah. Aku mulai memberanikan diri melihat dia. “Sini! Maju ke depan kelas!” ucapnya memerintah. “Mau apa?” tanyaku tidak mengerti. “Sini!” dia mulai mendatangiku dan menarik tanganku. Seisi kelas hening. Ya, sangat hening. Dia juga menunjuk kaka. Aku kaget. Apa yang akan dia lakukan saat ini? “Lo juga sini!” tanpa mengucapkan satu patah katapun dia maju ke dalam kelas. Posisi kami di depan seperti ini, aku berada di sebelah kiri mantanku dan kaka ada di sebelah kanan. Kami menjadi tontonan seisi kelas. Aku menunduk.

“Bocah berdua ini mau jadian! Kalian setuju ga?” Kalimat itu terlontar dari mulut mantanku. Hening. Kelas masih hening. Ya Tuhan, aku ingin menangis lagi! Ini sungguh sakit sekali. Aku hanya menunduk. Tidak ada yang menjawab pertanyaannya. “Kalian punya mulut kan? Jawab dong!” dia mulai membentak. “Enggaaaaaa!” itu ucapan anak-anak. Hatiku tersayat. Sebenarnya dia ingin apa lagi? Apa dia belum cukup puas memutuskanku di depan semua anak-anak? “Coba cung siapa yang setuju?” Tanyanya lagi. Namun tidak ada satu orang pun yang mengacungkan tangannya. Mereka terdiam, wajah mereka seperti sedang melihat kengerian. “Lihat! Ada yang setuju ga? Ngga ada kan? Sok silakan jadian!” ucapnya sambil berjalan pergi keluar kelas dan meninggalkan aku dan kaka di depan kelas. Aku menangis lagi dan kembali ke tempat dudukku. Semua masih hening sampai akhirnya ada 4 sahabatku yang menenangkan diriku.

Bel pulang masih belum dibunyikan juga. Aku ingin segera pergi. Mantanku kembali lagi. Entah darimana dia. Setiap kali dia datang seisi kelas langsung sunyi. Aku mencoba menuliskan surat permohonan maaf kepada dia. Karena kalau mengajaknya berbicara, aku tau itu tidak akan mungkin. Aku menyuruh temanku memberikannya kepada dia. “Eh denger deh, gua dapet surat dari bocah! …. “ dia mulai membaca isi suratku. Aku semakin terisak, entah berapa banyak air mata yang ku keluarkan saat itu. “Udah ih udah kasian” seorang temanku mencoba menghentikannya. “Kasian mana sama gua?” perkataan itu yang keluar dari mulutnya. Temanku tidak menjawab, karena dia tahu ini semua tidak akan terjadi jika aku tidak melakukan kesalahan. Aku terus menunggu hingga akhirnya bel pulang dibunyikan. Mantanku bergegas pergi dengan cepat dan menutup pintu kelas dengan sangat kencang.

Aku menutup mata, berharap ini hanya mimpi. Ku hembuskan nafas dengan begitu beratnya. Ku buka mata. Ku lihat disampingku ada kaka. “Maaf ya de” ucapnya. Aku hanya menganggukan kepala dengan lesu. Dia mengsusap kepalaku dan memegang tanganku. “Ade mau kan jadi pacar kaka?” dag dig dug, kenapa dia menembak disaat yang tidak tepat? “Ka, aku baru putus, kaka bisa ngertiin perasaan aku kan?” jawabku padanya. “Oh iya de maaf”.

Hari itu pun berakhir. Hubunganku kandas di akhir bulan dengan cara yang menyakitkan. Aku tahu dia sangat sakit. Tapi aku juga merasa sakit diperlakukan seperti itu. Mungkin itu memang pantas aku dapatkan. Sepanjang hari di sekolah aku selalu murung. Aku masih sangat malu, sampai semua statusku di jejaring sosial dibalas dengan kata-kata yang menyakitkan oleh teman-temanku.

“cie yang baru jadian”

“duh kasian, abis diputusin, dipermaluin pula sama cowok di depan umum lagi”

“makanya jangan nyakitin orang”

Berhari-hari teman sekelasku sedikit menjauhiku. Mencelaku di jejaring sosial seperti itu. Menatap sinis kepadaku. Ya, aku tahu aku bodoh. Sangat Bodoh.

Sejak kejadian di hari itu, aku pun berjanji takkan pernah menyakiti lelaki lagi. Cukup sekali saja aku merasakan bagaimana sakitnya diputuskan di depan umum. Dipermalukan di depan umum.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
lonely

Hahaha, mereka selalu tertawa bersamaku dalam setiap kesempatan yang ada. Saat aku sedang sedih, mereka ada untuk menenangkanku. Pergi bersama, foto bersama. Ah, indahnya saat saat itu. Sekarang aku sudah bekerja. Dan aku terpisah dengan mereka. Hari-hariku menjadi sedikit membosankan. Bahkan saat aku sedang merasakan sakit seperti ini, rasanya sulit untuk menceritakan semuanya.

Mereka selalu berbanding terbalik dengan keadaanku. Saat aku sedang merasa sakit atau kesepian, mereka sedang merasa berbunga-bunga atau senang. Ya, sangat sulit saat ini untuk menatap langit malam. Bahkan, untuk melihat 1 bintang saja sulit.

Pernah, salah satu dari mereka menceritakan kisahnya dengan kekasihnya, bukan kisah yang membuat dia bahagia. Ya, ku dengar masalahnya, ku beri sedikit solusi. Lalu aku sendiri sebenarnya sedang sedih. Sangat desperate. Aku tak ingin memendamnya sendiri terlalu sakit untuk memendamnya seorang diri. Kali ini kucoba untuk kucurahkan isi hatiku kepada temanku itu. Isi pesanku lumayan panjang sambil ku beri solusi dari masalah yang dia ceritakan. Ya, jujur saja aku sangat senang bisa berkirim pesan dengannya, karena sudah lama sekali aku kehilangan kontak dengan dia. Teng. Handphoneku berbunyi. Temanku membalas isi pesanku yang tadi. Sungguh, aku mengharapkan respon darinya. Saat ku buka pesannya, aku hanya terdiam. Yang dia komentari hanya masalahnya dengan kekasihnya. Sungguh, rasanya memang sedikit sakit. Dia hanya mengatakan “ya gapapa” untuk isi hatiku. Dan sisa pesannya yang banyak adalah untuk kekasihnya. Entah, apa karena dia sedang dimabuk asmara. Jatuh cinta? Sehingga dia mengabaikan pesanku yang seperti itu. Sejak hari itu aku tak pernah lagi menceritakan hal apapun yang kurasakan, apa yang sedang terjadi dalam diri ini.

Mungkin tujuanku yang pasti hanyalah turun melewati tangga, berbicara sedikit menunduk dan menangis. Akan ada elusan kecil di punggungku yang membuatku semakin terisak. Ya Allah, aku sangat merasa kesepian. Hidupku ada yang hilang. Bagian diriku ada yang pergi. Bukannya aku tak bahagia melihat orang lain bahagia. Tentu, jika mereka bahagia akupun akan sangat bahagia. Tapi, dalam diri ini terlalu banyak hal yang kupendam. Terlalu banyak hal yang tak bisa kulepaskan. Terlalu sakit untuk menyembuhkan semua luka yang selalu kurasakan.

Ya, jujur saja aku terlalu sibuk untuk memikirkan hal yang tak mungkin dipikirkan orang lain. Aku terlalu bodoh untuk merasakan hal yang tak pantas untuk ku perjuangkan. Aku terlalu menginginkan hal yang tak dibutuhkan.

Jika saja ada seorang peri seperti Tinkerbell yang datang ke dalam mimpiku yang siap untuk mendengarkan semua keluh kesahku. Atau mungkin peterpan yang datang melewati jendela kamarku dan mengajakku ke Neverland untuk melupakan semua yang ada di dunia ini. Aku akan ikut. Aku siap untuk ikut terbang. Aku siap melupakan semuanya. Bawa aku ke Neverland Peterpan dan Tinkerbell!


Aku hanya kesepian, jika saja aku memiliki diriku sendiri satu lagi saja. Pasti akan ada yang mendengarkan kisahku ini.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
I've married

Balutan kebaya yang menyelimuti tubuh kecilku terlihat sangat indah, aksennya yang terlihat vintage membuatku merasa ada di masa lalu. Yang ku bayangkan, apa di masa lalu ada yang pernah merasa patah hati? Lebih dari ini? Ah, sebaiknya aku jangan memikirkan hal itu lagi. Ini adalah hariku. Tak perlu aku bertemu dan bercanda tawa di hari yang sudah ditentukan. Aku akan merasakannya setiap hari.

Hijab yang selalu menemaniku sejak tanggal 24 Februari 2013, kini menutupi rambutku dengan aksen yang berbeda dari yang biasanya. Ah, teringat lagi. Tanggal itu pertama kali kugunakan hijab untuk bepergian. Seseorang tersenyum padaku dan berkata "Tumben pake kerudung?". Aku menjawabnya dengan senyum kecil. Di suatu tempat kami berbincang, lalu orang itu berkata lagi "Udah, pake kerudung aja terus, cantik kok". Orang itu tersenyum. Pipiku memerah. Ya, sejak hari itu, kemana pun aku pergi aku tak pernah melepas kerudungku. Awalnya, aku memakai kerudung karena memang aku senang dikatakan seperti itu. Tapi sekarang, kugunakan kerudung ini karena Allah. Insya Allah. 

Tubuhku bergidik, kenapa aku selalu mengingat hal itu. Ingat, ini adalah hari besarku. Ku lihat wajahku, sudah dipoles dengan make up yang tidak terlalu tebal. Ya, aku cantik hari ini. Ku harap begitu. Seseorang memanggilku, ya itu bibiku aku memanggilnya Enin. "Udah siap?" tanyanya. Ku hembuskan nafasku perlahan. "Iya nin." "Yuk." Aku berjalan, ku gigit bibir bawahku dan ku pejamkan mata. Aku ingin menangis sebenarnya. Tapi setelah melihat banyak orang yang tersenyum padaku. Ku tahan air mataku.

Seseorang menungguku disana. Lelaki dengan perawakan yang tinggi dan berhidung mancung tersenyum manis padaku. Aku tersenyum kecil. Sungguh, aku tak bisa menahan air mataku. Entah karena belum bisa melepas pikiran dan hatiku atau karena bahagia melihat semua orang yang hadir tersenyum padaku. Bukan, tapi kepada kami. Kini aku sudah sampai untuk berada di samping orang itu. Kami menjadi pusat perhatian setiap orang yang ada disana.

Acara pun dimulai, semua orang, ok, lebih tepatnya tamu, berdiri dan mulai menyalami kami berdua. Ya, benar, aku menikah.
Oke, jangan salah paham. Itu bukan aku dan suamiku. Aku kan pake kebaya bukan gaun. Terus cowonya kan mancung ngga gitu. Hehe, lanjut deh.

Aku berpura-pura tersenyum bahagia, karena aku bingung apa dengan hal ini aku akan menyakiti suamiku? Aku masih ingat dengan seseorang yang kutemui pada insiden kerudung itu. Aku sangat bingung. "Kenapa?" tanya suamiku sambil tersenyum. "Gapapa" ucapku sambil tersenyum padanya. Ah, aku ingin kembali ke masa-masa SMP, mungkin aku tak akan seperti sekarang ini.

Teman-temanku menyumbangkan banyak lagu untuk kami. Sampai di teman SMP-ku sekarang akan bernyanyi. Kalian tau apa yang dia nyanyikan? Ya, galau. Itu temanya. Aku panik. Aku pengen nangis sekenceng-kencengnya. Btw, ini lagunya.


Asdfghjkl. Aku nangis beneran. Suamiku terlihat bingung. "Hei, kamu kenapa?" Tanya dia. "Aku ke kamar mandi dulu ya." Lalu aku langsung pergi dan dia terlihat bingung. Aku terus berjalan dan langsung ku buka pintu kamar mandi. Aku heran, kenapa semua isi ruangan putih polos. Inget film spongebob ga yang squidward masuk mesin waktu? Terus dia, "sendiriaaan.." nah kayak gitu. Aku jalan nyari pintu yang tadi tapi ngga ada. Aku merem. Takut.

And then. Selesai. Aku berubah jadi alien dan siap berburu kalian semua buat di bawa ke planet kapuk.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Sakitnya Tuh Disini

Hari itu aku lagi di rumah, diem. Tiba-tiba di bawah ada yang manggil. Engga, rumahku ngga tingkat 1 lantai aja, kecil. Aku liat terus langsung ke bawah. Aku samperin, dia Jo. "Kamu ngapain kesini?" Jo ngga jawab cuma bilang "Ini buat kamu". Jo kasih aku 2 bunga mawar 1 yang merah 1 lagi yang putih. "Kenapa?" aku tanya maksudnya kenapa dia ngasih itu. Sambil jalan ke rumah aku, Jo bilang "Tenang aja, kita ngga bakal teeeeet". Aku langsung diem kali denger itu. Deg! Aku pergi aja, aku ngga mau liat dia lagi.

Update status dulu #NP : Yovie and Nuno - Sakit Hati.


Besoknya, aku di rumah lagi. Tiduran. Tiba-tiba ada yang ketuk pintu, pas aku buka, ada Jo lagi, tapi sekarang bareng Ka Rigo sama Pipit datang ke rumah akunya. Yaudah aku suruh mereka masuk. Aku kasih mereka minum, aku ngga nanya mau ngapain mereka kesini. Terus aku tanya Jo. Aku lupa nanya apa. Yang pastinya sih, Jo ngga jawab pertanyaan aku. Jo malah cuek dan maenin airnya. Aku bete. Aku masuk ke kamar. Aku tidur aja. Ngga lama abis aku tidur, pintu kamar aku ada yang ngetuk ternyata Pipit, Ka Rigo sama Jo mau pulang. Mereka pamit dulu masuk ke kamar aku. Yang pertama masuk itu Pipit, dia nari-nari ngga tau kenapa. Terus ka Rigo masuk, dia ngomong-ngomong ngga jelas sampe aku cuma cengo. Yang terakhir Jo. Jo masuk, aku duduk di atas kasur, dia duduk di bawah bersimpuh. Aduh apa yang namanya, pokoknya kaki kiri di lantai, kaki kanannya gitu. Ah gitu deh pokoknya. Dia ngeluarin sesuatu dari belakang badannya. Ya bukan berarti dari badannya bisa ngeluarin sesuatu! Dan, kalian tau apa? Dia ngeluarin ini
Ya engga tempatnya doang kali! :( ada isinya, isinya cincin. Jo bilang gini : "Kamu mau kan jadi pacar aku ---- ?" HAH yaampun dunia rasanya berubah! Di luar matahri cerah banget, ada pelangi yang keren banget + sama bidadarinya, langit ceraaaah banget. Jo juga keliatannya ceraaah banget. "Engga mau." Aku jawab singkat. "Kenapa?" dia nanya, tapi ngga histeris. "Ntar kamu tinggalin aku ----, ntar kamu pergi ----, ntar aku nangis ----." Aku jawab jujur aja dari pada bohong iya ga?

"Engga, aku ngga bakal pergi ----!" jawab Jo dengan lantang. Aku diem ngga tau harus gimana sebenernya pengen bilang iya tapi takut sakit hati ----. "Yaudah, sekarang ikut aku keluar ya!" kata Jo sambil narik tangan aku. Pas di luar, aku liat ke bawah. Ya, rumah aku ceritanya pindah jadi 2 lantai, sekarang aku lagi di lantai 2, liat ke halaman rumahku. Ada banyak orang, pas mereka liat aku, mereka senyum. Terus mereka flashmob. Gatau flashmob? Yaudah klik bacaan ini ya! Mereka flashmob pake lagu Hivi! - Dari Mata ke Hati. Gatau lagunya? Sok atuh setel yang ini ya.

Terus mereka ngeluarin kertas, kalo di baca isinya "I LOVE YOU" yaampuuun. Gila!!!!! terharu banget, gatau tapi kayaknya aku luluh sama Jo. Aku nangis, tuh kan Jo apa aku bilang aku nangis lagi. Jo ngeliatin aku "Gimana?". Speechless banget, aku ngga bisa ngomong cuma anggukin kepala. Indah banget dunia ini rasanya. Jo meluk aku. Aku merem sambil nangis.

Pas buka mata aku cuma liat lampu kosan. Ah, mimpi lagi. Sakitnya tuh disini.

Berbahagialah kamu Jo.

Yaudah sekarang puter lagu Yovie and Nuno - Galau.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

CARI

Sponsor

About me

About Me

This is a half of my world. I love writing very much. Writing is my passion, my hobby and a half of my world ♥

Follow Me

  • instagram
  • twitter
  • facebook
  • linkedin
  • google+
  • tumblr

Followers

Total Pageviews

Popular Posts

  • Review Novel Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 dan Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
    Yap, kemaren malem jam 10:44 aku baru aja selesai baca novel Dilan yang kedua. Novel karya Pidi Baiq ini emang udah aku tunggu lamaaa ba...
  • Review Novel Milea Suara dari Dilan
    Halo semua, hari ini aku mau review novel lagi. Mungkin dari kalian ada yang udah baca novel Dilan atau judul lengkapnya " Dilan, Di...
  • Tali, Pisau, Ruangan dan Senyuman
    "Bawakan aku tali yang panjang itu!" Rasanya, aku sering mendengar kalimat itu. Alih-alih untuk menggantungkan diriku di atas...

Labels

blog dilan liburan novel pidi-baiq real-story rekomendasi renungan review sharing story tips-trik travel wisata

Blog Archive

  • ►  2022 (31)
    • ►  June (1)
    • ►  April (30)
  • ►  2021 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2020 (6)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2019 (5)
    • ►  December (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (17)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (3)
    • ►  September (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (17)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (4)
    • ►  January (2)
  • ▼  2014 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  October (2)
    • ►  August (1)
    • ▼  July (5)
      • Boncengan sama si Ganteng
      • Takkan Lagi
      • Lonely
      • I've Married!
      • Sakitnya Tuh Disini
  • ►  2013 (2)
    • ►  March (2)
  • ►  2012 (4)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)

Member of

Instagram Twitter Facebook Google+ Tumblr

Created with by BeautyTemplates