instagram twitter facebook google+ tumblr

Aulia's Story

  • Home
  • About
  • Sitemap
  • Blog
    • Jajan
    • Jalan-Jalan
    • Story
  • Beauty
  • K-Things
  • Review
  • Tutorial

Husband of The Year - Tulisan ini adalah lanjutan dari ceritaku sebelumnya tentang pertemuan pertamaku dengan anakku. Dan tulisan ini akan aku tujukan dan dedikasikan kepada suami yang sudah menemaniku selama kurang lebih hampir 6 tahun ini. Yap. Jika dihitung dari awal masa pacaran, akan segera terhitung 6 tahun di bulan Februari tahun depan.

Kalau ada penghargaan atau award tentang suami terbaik tahun ini atau husband of the year, aku akan memberanikan diri untuk mengajukan suamiku ke dalam nominasinya dan berharap dia akan memenangkan penghargaan itu. Hm, bagaimana aku bisa yakin dia bisa memenangkan penghargaan husband of the year ini?

Akan aku jabarkan satu per satu:

1. Mau ribet mengurus administrasi di bidan dan Rumah Sakit

Aku tahu betul pasti akan melelahkan dan cukup ribet prosesnya terutama di Rumah Sakit. Tapi suamiku mau bulak-balik dan mengurusnya sampai selesai. Bahkan, dia terhitung sangat cepat dalam mengurusnya hingga beberapa keluarga dari ibu lain sering bertanya ke suamiku mengenai prosedur administrasinya.

Ya, untuk nomor satu ini tentu saja semua orang akan melakukannya jika ada orang terdekatnya yang sedang sakit dan tidak bisa melakukan administrasinya sendiri. Tapi aku tetap berterimakasih karenanya.

Apalagi saat di Rumah Sakit, untuk mengurus administrasi dan hal lainnya perlu bulak-balik dari lantai 1-5. Cukup melelahkan sepertinya.

2. Mau membersihkan darah nifasku

Saat di Rumah Sakit dan di ruang rawat inap, sepanjang malam aku memang mennggunakan selang di bagian intimku agar darah nifas yang keluar bisa langsung masuk ke dalam tempat yg sudah disediakan pihak Rumah Sakit agar tidak berceceran kemana-mana.

Tapi, saat pagi datang, para perawat mulai mencabutnya karena persiapan untuk pulang. Saat itu darah nifasku terus keluar hingga mengotori kasur dan selimut yg kugunakan. 

Suamiku tak ragu untuk membersihkannya sampai aku menggantinya dengan menggunakan pembalut.

Aku tahu betul suamiku. Dia bukan orang yang bisa biasa saja melihat sesuatu yang menjijikan apalagi membersihkannya. Tapi aku cukup kaget karena ternyata suamiku mau membersihkannya hingga benar-benar bersih.

3. Mau bantu mandiin dan keramasin aku

Karena perban di bagian luka bekas jahitan caesarku tidak boleh kena cipratan air, pada awalnya aku kesulitan untuk mandi terutama keramas. Apalagi saat H+1 sampai H+3 terkadang masih terasa linu.

Suamiku mau membantuku untuk mandi dan keramas. Dia mau membantuku untuk mandi dan juga keramas hingga aku bisa melakukannya sendiri.

4. Mau mencuci pakaianku dan bayi

Karena saat itu bekas jahitanku masih berasa linu, aku cukup kesulitan untuk jongkok. Apalagi kalau aku harus menyikat pakaian bayi seperti popok kain, gurita atau bedongannya yang terkena kotoran dengan sekuat tenaga. Saat itu aku masih belum bisa, jadi, dia yang mencucinya setiap hari.

Bahkan dia akan melakukannya mulai dari merendam, menyikat, mengucek, mengeringkan, menjemur hingga mengangkatnya kembali.

5. Mau mencuci peralatan makanku dan peralatan minum asi bayi

Selain mencuci pakaian, dia juga mencuci peralatan makanku seperti piring, sendok, garpu, botol minum, dll. Dia juga akan mencuci peralatan minum asi bayi seperti botol susu dan juga alat untuk pump asiku.

Hasil cuciannya juga bisa terbilang sangat bersih karena dia akan mencucinya dengan sabun khusus untuk bayi dan merendamnya dengan air hangat.

6.  Mau memasak makanan

Hal ini sudah suamiku lakukan jauh dari sebelum aku hamil. Bahkan, aku tahu betul suamiku jauh lebih pintar dan jago memasaknya dibandingkan aku yang masih saja belajar. Tak jarang aku pun belajar banyak dari dia yang sedang memasak.

suami masak sate maranggi


Kalau masa pemulihanku sudah selesai, tentunya aku akan mengambil alih kembali semua pekerjaan rumah karena memang sudah tugasku. Dan aku tak ingin suamiku terus merasa capek karena melalukan banyak hal yang sudah kusebutkan.

Sebenarnya, masih ada banyak hal lain yang bisa menjadi alasan kenapa dia bisa menjadi suami terbaik. Tapi, kurasa cukup ini saja yang kusebutkan untuk umum hehe.

Kalau kamu membaca ini, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih karena sudah tulus membantuku mulai dari kehamilanku hingga persalinan dan masa pemulihan. Aku sangat bersyukur memiliki kamu di sisiku. Semoga aku dan kamu bisa seterusnya seperti ini.

Untukku, kamu adalah suami terbaik.



Bogor, 18 November 2021 (nulis ini depan kamu pas kamu lagi nonton badminton)
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Pertemuan Pertama dengan Anakku - Wah, sudah cukup lama aku tidak datang dan menulis kembali di blog pertamaku ini. Kali ini, rasanya aku ingin menulis banyak tentang kehidupanku setelah menikah. Yap. Aku memang sudah menikah di tahun 2021 ini. Tahun lalu, aku sempat menulis tentang beberapa hal seperti tunangan, seserahan, dan juga tentang menikah. Tapi, aku masih agak buntu dan tidak mendapat ide mengenai isi dari tulisannya.

Akhirnya, tulisan mengenai awal mula kehidupan baruku hanya menjadi draft dan aku menulis tentang kelahiran anak pertamaku hehehe. Tidak apa-apa ya! Aku janji akan menulis banyak tentang kehidupanku menuju menikah secara pelan-pelan dan aku akan menulis timeline-nya tersendiri dalam sebuah page agar lebih rinci.

Langsung mulai saja ya! Ini adalah pertemuan pertama dengan anakku. Aku mungkin tak akan bercerita tentang masa kehamilanku karena aku akan menulisnya sendiri di artikel lain. Jadi, aku akan mulai dari hari Kamis, 04 November 2021.

Air Ketuban Pecah

Pagi itu, sekitar jam 05:00 seperti biasa aku bangun dan akan melakukan sholat subuh. Tak ada hal aneh, tak ada perasaan aneh dan aku juga tak merasa ada sakit apa pun. Saat di dalam kamar mandi dan buang air kecil sebelum mengambil air wudhu, tiba-tiba saja ada hal lain yang keluar, yaitu, darah. Kehamilanku saat itu sudah 36 minggu (dengan hitungan HPL dari bidan) tapi sudah masuk 40 minggu (menurut hasil USG).

Kok bisa berbeda? Akan aku ceritakan nanti di tulisan lainnya tentang kehamilanku.

Selain darah, tiba-tiba saja keluar air yang sangat banyak dan tidak bisa berhenti. Bahkan, aku tidak bisa mengontrolnya karena keluar secara terus menerus. Akhirnya kubangunkan suamiku dan berkata "yang, kayaknya kita harus ke bidan deh!".

Suamiku langsung bangun dan mengambil tas berisi persiapan kelahiran yang sudah disiapkan dari jauh-jauh hari. Setelah itu, aku memberi tahu ibuku yang kebetulan sedang berada di teras karena sedang mengantar bapak yang akan segera berangkat bekerja.

Bapak tetap bekerja dan meminta untuk terus dikabari. Dan ibu juga bersiap untuk ikut ke bidan. Setelah itu, kami bertiga berangkat ke bidan dengan keadaan air ketubanku terus mengucur bahkan hingga ke dalam ruang persalinan di bidan.

Di Bidan

Di bidan, aku terus dipantau oleh asisten bidan dan mereka memintaku untuk menunggu selama 12 jam agar aku bisa merasakan kontraksi dan pembukaan. Sekitar jam 07:00 mereka memberiku makan dan obat perangsang kontraksi agar pembukaanku naik. Saat itu, bidan mengatakan jika aku masih 50:50 dan aku mengartikannya sebagai belum masuk pembukaan.

Setelah diberi makan dan obat, aku hanya bermain gym ball dan terkadang rebahan di kasur. Hingga datang 1 ibu lagi yang akan melahirkan. Namun, ibu yang satu ini sudah masuk pembukaan 4 (kalau tidak salah). Aku terus mendengar teriakan dari kamar sebelah sementara aku masih diam dan belum merasakan apa-apa.



Jam 11:00 asisten bidan memintaku untuk masuk lagi ke ruang persalinan dan aku dicek sudah masuk pembukaan berapa. Tapi, aku masih pembukaan 1. Dan aku tetap tidak merasakan apa-apa. Sekitar jam 12:30 atau 13:00 (lupa). Aku diberi makan siang dan obat perangsang kontraksi kembali. Aku mendengar teriakan di kamar sebelah semakin kencang dan mereka bergegas ke ruang persalinan. Tidak lama setelah itu, aku mendengar suara bayi.

"Ah, pasti lega sekali", pikirku.

Saat itu, yang kurasakan hanya sakit pinggang seperti saat hari pertama sedang haid atau datang bulan. Dan tidak lebih dari itu. Aku mulai sedikit panik sebenarnya, tapi sengaja tak aku perlihatkan karena aku takut suami dan ibuku menjadi khawatir.



Jam 16:00 aku kembali diperiksa dan aku baru saja memasuki pembukaan 2. Dengan kondisi air ketubanku sudah sedikit dan posisi bayi masih di atas meski kepalanya sudah di bawah. Suami dan ibuku tidak terlihat cukup baik saat itu. Bahkan, suamiku berkata ingin menangis. Aku pun sama. Tapi, aku berpura-pura terlihat baik-baik saja.

Dirujuk ke Rumah Sakit

Setelah masuk jam 17:00 alias sudah 12 jam, akhirnya asisten bidan memberikan rujukan ke Rumah Sakit agar aku bisa melakukan persalinan dengan cara operasi caesar. Mendengar kata "caesar" saja sebenarnya sudah membuatku takut. Aku yang belum pernah melakukan operasi seumur hidupku tiba-tiba akan melakukan caesar? Tentu saja aku merasa degdegan.



Aku terus bertanya ke suami, "gapapa ya kalau caesar?".

Suamiku menjawabnya dengan , "iya, gapapa, yang penting kamu bisa lahiran hari ini".

Setelah melakukan swab dan pendaftaran administrasi melalui asisten bidan, aku, suami, ibu dan 2 asisten bidan mengantarku ke rumah sakit. Di perjalanan menuju Rumah Sakit, kami semua tidak begitu banyak berbicara. Aku juga hanya membuka aplikasi Twitter di handphone-ku untuk mengurangi rasa gugup dan takutku.

Di Rumah Sakit

Sesampainya di Rumah Sakit, aku langsung memasuki ruang IGD. Di sana, aku diperiksa terlebih dahulu mulai dari berat badan, tekanan darah, diberi infus, suntik antibiotik, suntik di bagian siku atas tangan (lupa suntik apa namanya), dan lain-lain.



Setelah itu, sambil berbaring di kasur IGD dan menunggu untuk dibawa ke ruang operasi, suamiku terus mengelus kepalaku sambil terus mengatakan dia ingin menangis. Dan ibuku juga terlihat cemas dan khawatir. Tapi, aku sudah mulai cukup rileks di sana dan tidak terlalu begitu tegang.

Di Ruang Operasi

Sekitar jam 18:30, aku mulai naik ke kursi roda dan dibawa ke ruang operasi. Suami dan ibuku tidak bisa masuk ke ruang operasi dan akhirnya menunggu di ruang tunggu. Kukira aku akan langsung dioperasi. Ternyata, tidak. Di sana aku masih harus mengantri karena ada 1 orang yang sedang operasi, 1 orang yang menunggu giliran selanjutnya dan juga ada aku yang juga berbaring di kasur.

Sambil menunggu giliran untuk operasi, aku mengobrol sedikit dengan seseorang yang sedang menunggu giliran juga. Ternyata orang ini (aku akan menyebutnya "mbak") juga akan melakukan caesar dan sudah masuk pembukaan 4 atau 6 karena mbaknya terus mengerang kesakitan.

Oh iya, di ruang tunggu operasi ini cukup dingin apalagi saat perawat memintaku untuk membuka baju dan menggantinya dengan baju khas operasi. Di sana juga aku mulai menggunakan oksigen untuk bernafas. Ruangan ini bersebelahan dengan ruang operasi dimana aku bisa mendengar suara gunting, gerindra dan juga musik yang cukup besar. Mendengar hal-hal itu ternyata cukup membuatku gugup dan ingin cepat selesai operasi.

Saat tiba bagianku operasi, sekitar jam 20:30, aku diberi suntik bius di bagian punggung ke bawah dan setelah itu, aku benar-benar tidak ingat apa pun karena aku tertidur. Bahkan, aku rasa aku tidak mendengar suara apa pun kecuali panggilan dari perawat yang menyebut namaku.

"Bu Aulia!"

"Bu Aulia, ini anaknya sudah lahir."

Itu adalah suara yang pertama kudengar sejak operasi. Dan aku melihat ada bayi lucu di pangkuan perawat. Langsung kucium jidatnya meski aku memakai masker. Ah, itu adalah pertemuan pertamaku dengan anakku.

Setelah itu, aku tertidur kembali. Tapi, sepertinya tak lama dari itu, aku kembali terbangun karena merasa sangat dingin dan aku menggigil hingga terus dimarahi para dokter karena aku terus bergerak. Padahal aku merasa tidak menggerakkan tubuhku. Sepertinya refleks karena aku menggigil.

Ternyata, ruang operasi memang sedingin itu ya!

Rawat Inap Semalam

Selesai operasi, aku dibawa kembali ke ruang tunggu operasi. Di sana aku menggunakan mesin yang entah apa namanya, jadi mesin itu akan mengeluarkan suara berdasarkan detak jantung. (biasanya kalau di film itu, mesinnya yang suka ada garis-garisnya)

Setelah itu, suamiku masuk ke sana dan dia tersenyum melihatku. Ah, lega rasanya melihat wajah yang kukenal setelah keluar dari ruang operasi. Aku pun dibawa ke ruang rawat inap bersama dengan 4 ibu yang sudah selesai operasi caesar juga.

Saat keluar ruang operasi, wajah yang kulihat lagi adalah wajah ibuku. Entah kenapa aku merasa terharu dan aku melambaikan tangan ke ibu. Masih dengan merasa kedinginan dan menggigil karena efek operasi, aku meminta suamiku membawakan selimut dari rumah karena ibu akan segera pulang bersama suami dan akan kembali di pagi hari.

Malam itu, suamiku kembali lagi setelah mengantar ibu pulang dengan membawa selimut, air minum dan lain-lain. Sepanjang malam dia menjagaku dan mau melakukan hal apa pun yang kuminta. Aku akan menceritakan tentang suamiku di tulisan selanjutnya. Intinya, aku sangat bersyukur memiliki dia di sampingku. 



Aku terbangun sekitar jam 04:00 dan ada perawat yang masuk meminta kami untuk belajar menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri. Juga meminta kami untuk mencoba duduk dan berjalan di pagi harinya.

Pagi harinya aku sudah merasa tubuhku sudah mulai kembali pulih sedikit demi sedikit. Meski ada merasa ngilu dan linu di sekitar area operasi, tapi aku cukup senang karena ternyata tidak sesakit yang orang-orang bilang. Menuju jam siang perawat membawa anakku ke ruangan. Setelah itu, aku sudah diperbolehkan pulang. Dan aku kembali ke rumah sekitar jam 17:15.

Jika dijadikan timeline, kurang lebih seperti ini.

Timeline

Kamis, 04 November 2021

05:00 - ada darah dan ketuban pecah

05:30 - ada di bidan dan diminta tunggu 12 jam

07:00 - sarapan dan minum obat perangsang kontraksi

11:00 - baru masuk pembukaan 1

13:00 - makan siang dan minum obat perangsang kontraksi lagi

16:00 - masuk pembukaan 2

17:00 - dirujuk ke RS Vania untuk caesar

17:30 - diberi infus, cukur, dan lain-lain

18:30 - masuk ke ruang tunggu operasi

20:30 - masuk ke ruang operasi

21:37 - anakku lahir

22:00 - masuk ke ruang rawat inap


Jumat, 05 November 2021

04:00 - belajar gerakkin badan ke kanan dan kiri

06:00 - belajar duduk

07:00 - sarapan dan belajar berjalan

16:30 - pulang ke rumah

Mungkin aku memang sama sekali tak merasakan kontraksi yang begitu menyakitkan seperti banyak ibu lainnya. Aku hanya merasa sakit pinggang seperti saat sedang haid dan tak lebih dari itu. Tapi, bukankah ajaib bagaimana bisa seorang bayi kecil dan mungil bisa berada di dalam perutku selama 9 bulan? Aku tetap merasa takjub dan bersyukur karena bisa mengandung dan melahirkan anakku meski dengan proses operasi caesar.

Kalau anakku membaca ini,

Bunda sangat bersyukur. Kamu adalah salah satu hadiah terindah dan terbaik yang diberikan Allah SWT untuk Bunda dan Abi.

Bogor,  16 November 2021 (ngetik pas kamu lagi bobo di stroller)
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

CARI

Sponsor

About me

About Me

This is a half of my world. I love writing very much. Writing is my passion, my hobby and a half of my world ♥

Follow Me

  • instagram
  • twitter
  • facebook
  • linkedin
  • google+
  • tumblr

Followers

Total Pageviews

Popular Posts

  • Review Novel Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 dan Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
    Yap, kemaren malem jam 10:44 aku baru aja selesai baca novel Dilan yang kedua. Novel karya Pidi Baiq ini emang udah aku tunggu lamaaa ba...
  • Review Novel Milea Suara dari Dilan
    Halo semua, hari ini aku mau review novel lagi. Mungkin dari kalian ada yang udah baca novel Dilan atau judul lengkapnya " Dilan, Di...
  • Tali, Pisau, Ruangan dan Senyuman
    "Bawakan aku tali yang panjang itu!" Rasanya, aku sering mendengar kalimat itu. Alih-alih untuk menggantungkan diriku di atas...

Labels

blog dilan liburan novel pidi-baiq real-story rekomendasi renungan review sharing story tips-trik travel wisata

Blog Archive

  • ►  2022 (31)
    • ►  June (1)
    • ►  April (30)
  • ▼  2021 (2)
    • ▼  November (2)
      • Husband of The Year
      • Pertemuan Pertama dengan Anakku
  • ►  2020 (6)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2019 (5)
    • ►  December (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (17)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (3)
    • ►  September (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (17)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (4)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  October (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (5)
  • ►  2013 (2)
    • ►  March (2)
  • ►  2012 (4)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)

Member of

Instagram Twitter Facebook Google+ Tumblr

Created with by BeautyTemplates